Keberanian seorang gay

Apa yang akan kau lakukan jika kau laki-laki dan jatuh cinta pada seorang laki-laki? Begitu yang terjadi padaku selama bertahun-tahun. Dan lelaki itu tak lain adalah Pak Yadi, pria berumur 52 tahun, yang rumahnya hanya 30 meter di samping kanan rumahku.

Bagi sebagian orang, sosok Pak Yadi mungkin tidak terlalu menarik. Meski berkumis tebal dengan wajah yang sangat laki-laki, tetapi Pak Yadi bertubuh gendut dengan lengan dan perut yang besar. Tetapi bagiku, dialah laki-laki terseksi di dunia. Aku selalu tergetar setiap kali melihat bulu tangannya, bibirnya, dadanya yang menyembul dari balik kemeja atau perutnya yang membulat itu. Aku telah mengenalnya sejak bertahun lalu dan selama itu pula aku memimpikan pria itu telentang, tanpa sehelai benang.

Beribu malam aku mencoba menemukan cara untuk menumpahkan hasrat ini, agar aku tak lagi hanya melayangkan birahiku dengan onani. Tetapi beribu malam pula aku kalah, tidak punya cukup keberanian. Tetapi aku bersumpah akan melakukannya, ya aku harus melakukannya. Hingga semuanya terjadi begitu cepat, tak terduga dan luar biasa.

Di sebuah senja yang tidak terduga, di bawah kuyup oleh guyuran hujan. Aku tahu pasti, sore itu Pak Yadi sedang sendirian di rumah. Tadi siang aku melihatnya mengantarkan istri dan anaknya.

"Ini, mengantar istri dan anak mau mengunjungi neneknya, mumpung libur sekolah," katanya menjawab pertenyaanku, saat itu kami berpapasan jalan depan rumahku. Wow, inilah saatnya, pikirku.

Entah kekuatan apa yang mendorongku, tiba-tiba saja aku sudah berada di teras depan rumahnya sore itu. Dari jendela aku lihat Pak Yadi membaca koran di kursi sofa ruang tamunya.

"Eh, Dik Aryo, mari masuk, biar nggak basah," sambutnya begitu melihatku kuyup di teras.
"Oya, Pak, terima kasih, Pak," kataku sembari melangkahkan kaki memasuki rumahnya yang asri.

Aku lalu duduk di sofa, berseberangan meja tempat Pak Yadi duduk. Dadaku berdegup kencang. Bagaimana tidak, pria yang paling aku impikan duduk hanya satu setengah meter di depanku, aku tidak kuasa menatap matanya.

"Wah, hujan kok nggak berhenti ya. Eh, kalau pingin minum ambil sendiri ya, soalnya ibu sedang pergi," katanya ramah.

Kaos oblong putih dan sarung yang dia pakai membuat perutnya membulat, darahku terkesiap. Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Aku harus melakukannya.

"Pak, sebenarnya saya kesini karena ada sesuatu yang penting. Tapi saya sungguh meminta pada Anda, apapun yang yang saya katakan, tolong jangan Bapak ceritakan pada siapapun," kataku setengah gemetar.

Wajah Pak Yadi sontak menegang, kalimat yang barusan aku ucapkan jelas bukan kalimat biasa. Benaknya pasti dipenuhi seribu pertanyaan kini. Aku bisa melihatnya dari cara dia meletakkan koran. Kini wajahnya tegak lurus di depanku. Keningnya berkerut, menampakkan seorang yang sedang berusaha keras menemukan sebuah jawaban atas rasa penasaran yang sedang menderanya.

Awalnya terbata aku menjelaskan. Aku katakan padanya, aku menyukainya sejak bertahun lalu, sejak nafsu seks mulai menjalari benakku. Aku membayangkannya setiap waktu dan bermimpi menciumi setiap inci kulit lelaki seksi itu. Ya, aku mencintainya, dengan cara yang dia tidak pernah tahu.

Wajahnya menampakkan kebingungan dan salah tingkah. Tetapi hal itu hanya beberapa menit saja berlangsung. Sebentar kemudian, wajah itu sudah kembali tenang dan sangat kebapakan, membuat gairahku merayap makin tinggi. Lalu aku dengar jawaban yang sungguh di luar dugaan.

"Hmm, sesungguhnya Bapak kaget dengan apa yang Dik Aryo ungkapkan. Tapi jangan kawatir, Bapak tidak akan memberi tahu siapapun. Sekarang, bolehkah Bapak tahu, apa yang ingin adik lakukan pada Bapak jika ternyata Bapak juga mau?" tuturnya tenang.

Sejenak aku terpana, ini seperti mimpi. Lalu aku beranjak dari kursi, berjalan mendekati lelaki impianku. Pertama kali aku dekatkan wajahku ke depan wajahnya, begitu dekat. Kuusapkan telapak tanganku pada wajahnya. Bulu-bulu wajahnya dalam sentuhanku, langsung memicu nafsu dan kurasakan batang kemaluanku bangkit dengan cepat. Aku cium kedua pipinya, ciuman panjang, sepanjang masa penantianku. Lalu aku kecup bibirnya.

Awalnya Pak Yadi masih agak grogi menanggapiku. Tapi lalu bibirnya memagut bibirku, kami berciuman. Kucium aroma rokok dari mulut laki-laki itu. Sambil berciuman, tanganku mengusap lengannya yang berbulu.

"Saya akan buka kaos Bapak, bolehkan?" kataku.
"Lakukan, Aryo, Bapak menikmatinya," katanya.

Tangan gemuknya yang sedari tadi melingkari pinggangku mengendur lalu terangkat bersama kaosnya yang aku singkap. Sebelum benar-benar kaus itu terlepas, aku ciumi perut gendut Pak Yadi. Bulu-bulunya membentuk garis tegak lurus. Mm, kini aku benar-benar tak kuasa menahan hasrat seksku.

Aku lepas kaos putihnya. Aku tidak bisa menahan decak kagumku, tubuh laki-laki itu benar-benar seksi. Dadanya yang menonjol, perutnya yang membulat indah dan lengannya yang besar. Tetapi yang paling membangkitkan gairahku adalah ketika kaos itu aku singkap. Ketika lengannya terangkat, ketika kain lengannya tersingkap. Wow, aku lihat bulu ketiaknya, begitu lebat, panjang dan memburai indah memenuhi bidang lipatan ketiaknya yang lebar, membentuk pemandangan paling indah yang pernah aku lihat.

"Pak, apakah anda ingin tahu mimpi saya yang paling rahasia?" kataku, beberapa saat setelah kaosnya terlepas dari tubuhnya.
"Hey, katakan, Bapak tidak sabar ingin mendengarnya," kata dia, matanya berbinar.

Aku robohkan badannya ke belakang sehingga bersandar punggung sofa tempatnya duduk, setengah berbaring.

"Ini..," ujarku. Kata-kataku tidak kuteruskan, aku memang ingin menjawab bukan dengan kata-kata. Melainkan aku angkat kedua lengannya yang besar.

Lalu aku daratkan hidungku di rimbunan ketiak kanannya. Ciuman yang panjang, sepanjang kerinduan yang menderaku. Aku rasakan bulu-bulu ketiak itu menempeli hidungku. Bau keringat laki-laki, membuat kontolku menjadi sangat keras.

"Ngghh.. Wow, nikmat sekali, Aryo," lenguh lelaki pujaanku.

Hidungku terus menciumi ketiak laki-laki itu, membauhi bau kelelakiannya. Sementara tangan kiriku mengusapi ketiak kanannya. Lenguhan Pak Yadi membuat kontolku semakin kencang berdiri.

Aku hujani ketiak itu ciuman, lalu aku jilati setiap helai rambutnya, membuat kedua ketiak laki-laki itu basah kuyub, benar-benar basah kuyub. Sesekali aku lancarkan gigitan kecil, jambakan lembut dengan bibirku. Dan pria seksiku melenguh, menggeliat menahan nikmat.

Lidahku terus bergerak, lengannya sebelah atas ketiak aku jilati. Kulitnya terasa hangat. Lalu lengan tangannya yang berbulu itu. Aku terduduk di atas lelaki gendutku. Kurasakan, sebuah batang keras terasa mengganjal di bawah pantatku. Hasrat laki-laki seksi ini telah terangkat kini.

Kukecup bibirnya, kami berpagutan sangat lama. Tangan Pak Yadi mengusap punggungku, pundakku, pantatku, dengan gemas penuh gairah. Nafas kami memburu.

Sembari berpagutan, tangan laki-laki itu membuka kaosku, membuka celanaku, dalam waktu yang sangat cepat aku telanjang kini, duduk di pangkuan laki-laki seksi itu, berhadapan. Bibir kami kami masih berpagutan. Aku goyangkan pantatku dan aku rasakan desir birahi menumpuk di otakku.

Aku turun dari pangkuan, aku lepas sarung Pak Yadi. Tangan orang itu mengelus rambutku. Celana dalam putih yang dipakainya sudah kulempar ke atas kursi. Dan kini, tubuh bulat itu telanjang bulat, menempel dengan kulitku, seperti mimpi yang kuhadirkan tiap malam.

Aku elus dadanya, aku puntir putingnya, aku remas-remas puting itu hingga Pak Yadi meringis mehana nikmat. Sembari melakukan itu, aku ciumi perutnya, aku jilati seluruh permukaannya, tak tersisa. Jari-jariku cepat berpindah, meremas dadanya, lalu menelusup lipatan lengan mencari rimbunan bulu ketiak, merasakan hangatnya kempitan ketiak itu, lalu kutarik lagi, meremas putingnya, meremas pinggangnya, pinggulnya, perutnya, lengannya, lehernya dan oughh! Aku benar-benar kesetanan, aku jamah seluruh tubuh laki-laki itu.

Mulutku terus bergerak, berpindah dari perut ke bagian bawah, lidahku terus menyapu setiap pori kulitnya. Kini, wajahku menelungkupi pangkal pahanya, menjilati batang kontol di tengah rimbun jembut berbau khas laki-laki. Ohh, lebat jembutnya membuat kulit wajahku seperti dijilati. Batangnya besar, dan lidahku menjilatinya, naik lalu turun-naik-turun-naik-turun lagi.

Kepala batang itu aku kecupi, aku jilati lalu aku masukkan ke dalam mulutku. Aku memasukkannya dalam-dalam, sedalam aku bisa, sembari membuat gerakan menyedot, wow, aku merasa terbang tinggi. Setiap sedotanku menciptakan hentakan, Pak Yadi menjerit pelan, mengerang, tubuhnya gemetar menahan birahi.

Sembari bekerja di selangkangannya, kedua tanganku bergerilya, meremas dada, meremas perut, meremas pinggulnya yang gembul lehernya dan berkali-kali keluar masuk lipatan ketiaknya, merasakan hangat lipatan itu, merasakan rimbun rambut yang subur di dalamnya.

Suara lenguhan terus keluar dari mulut Pak Yadi. Tangannya bergerak, menggapai punggungku, mengusap-usap rambutku, meremas lenganku, menahan nikmat yang menjalari sekujur tubuhnya yang seksi.

"Pak, anda seksi sekali, sungguh seksi, sangat seksi, aku cinta Bapak," kataku sembari mengecupi lehernya.

Aku duduk di atas batang kontolnya yang keras. Lalu aku pegang batang itu, kumasukkan ke lubang anusku. Lalu aku membuat gerakan naik turun, lembut, lembut lalu lebih kencang dan lebih kencang. Batang kemaluannya seperti menebarkan racun kenikmatan, merasuki seluruh urat darahku, membuat benakku terbang melayang.

"Oh Aryo, ini nikmat sekali, kenapa tidak kau katakan sejak dulu?" kata Pak Yadi setengah mengerang. Nafasnya memburu, seperti juga aku.
"O, Bapak, saya impikan ini seumur hidup," kataku. Sembari menggoyang pantat, aku daratkan ciumanku pada bibirnya, tanganku bergerak terus, mengusap seluruh badannya.
"Bapak tidak mau segera keluar, ayo, gantian," katanya.

Kuangkat pantatku. Tubuh besar Pak Yadi membalik, memberikan pantatnya untuk kontolku yang sudah sangat keras. Sebelum aku masuki pantat itu, aku ciumi dulu. Aku tak tahan melihat seluruh bagian tubuhnya, aku ciumi pantatnya, aku jilati, terus bergerak ke atas, lalu punggungya, sementara kedua tanganku meremas perutnya, pinggangnya, dadanya dan menelusupi lipatan lengannya kembali mencari ketiak kesukaanku. Lalu aku mulai masukkan kontolku ke lubang itu. Pak Yadi memekik pendek.

"Ughh, uhh, terus, tak apa, terus saja," katanya.

Aku masukkan kontolku, pelan-pelan, lalu mulai menariknya, mengangkat batangku, lalu turun kembali, begitu berulang dan makin cepat. Nikmatnya sungguh sejuta, aku membuat gerakan maju-mundur, maju-munudr, kaluar-masuk-keluar masuk, sembari menggerayangi seluruh bagian tubuh laki-laki seksi ini. Ouuhh, luar biasa!

"Okey, sekarang gantian Bapak," katanya lagi.

Dia kembali duduk dan memangkuku. Aku langsung masukkan kontolnya ke lubang pantatku, dan menciuminya wajahnya sembari melakukan itu. Kami langsung membuat gerakan bergoyang.

"Oh, Aryo, nikmat sekali, nikmaat sekali," kata mulut pria seksiku.

Kontolnya keluar masuk anusku, dan mulutku menyapu seluruh permukaan wajahnya, lehernya dan memaguti bibirnya.

"Aryo, Bapak mau keluarr, ahh, mau keluarr," katanya.

Dan aku dekap erat tubuh laki-laki itu. Dia mengerang, setengah bergumam, tubuhnya menegang, menandakan bakal muncratnya puncak kenikmatan. Benar saja, sejurus kemudian erangannya memanjang, Pak Yadi mencapai puncak kenikmatan. Kedua lengannya mendekapku kuat.

"Arrhhrhh," pekiknya.

Aku segera menghujani wajahnya dengan ciuman, lehernya dan dadanya. Di saat yang sama air maninya menyemprot, membasahi pantatku.

Tidak menunggu waktu, aku angkat lengannya, aku telentangkan pria seksi itu. Aku membuat gerakan naik turun di atas perutnya. Tekanan perutnya yang gendut dan tubuhku membuat kontolku makin memuncak. Sembari membuat gerakan itu, jari-jari tanganku meremas kedua ketiaknya. Sesekali aku menciuminya, menjilati ketiak yang basah keringat itu, sungguh nikmat luar biasa.

Kini aku rasakan tubuhku menjadi ringan, dan seluruh tubuhku dirasuki perasaan nikmat tiada tara, air maniku hendak keluar, dan aku bakal mencapai puncaknya. Aku percepat gerakanku. Aku tekan lebih kuat kontolku. Ahh, akhirnya kontolku tak kuat lagi menahannya. Maniku muncrat ke perut dan dada Pak Yadi-ku.

"Aouhh, Paak, luar biasaa, woow!" seruku.

Pak Yadi mengusapkan seluruh air maniku ke seluruh permukaan perut dan dadanya sendiri. Dia menciumiku berkali-kali, lalu kami berpagutan panjang, sangat lama.

"Aryo..," katanya.
"Pak Yadi sayangku," kataku, lalu bibir kami kembali bertemu.

Usai adegan penuh kenikmatan itu kami lalu mandi bersama. Aku menggosok seluruh permukaan tubuh Pak Yadi dengan sabun, sembari terus menciuminya. Aku benar-benar tak kuasa untuk tidak mencium dan menyentuh seluruh tubuh laki-laki itu. Bahkan meski aku baru saja mencapai klimak.

"Nanti malam tidur di sini saja, ya. Bapak akan berikan tubuh Bapak padamu, semuanya milikmu, setiap bagiannya," katanya.

Setelah pulang sebentar, aku kembali ke rumah lelaki pujaanku. Kami bergulat penuh kenikmatan sepanjang malam hingga kelelahan. Aku terus menciumi tubuh laki-laki itu, bahkan ketika sudah lelap kecapaian. Pria yang begitu seksi, benar-benar seperti mimpi.

Tamat